Tri Suryanto – Makna Budaya Tradisi : Ritual, Sesajen atau Sesaji

Kepercayaan rakyat atau masyarakat yang sering kita sebut dengan takhayul atau mistis adalah kepercayaan yang dianggap sederhana, dan tidak berdasarkan logika, sehingga secara ilmiah tidak dapat di pertanggung jawabkan.

Baca Juga : Ngangsu Kawru Tatanan Jawi

Makna Budaya Tradisi : Ritual, Sesajen atau Sesaji

Takhayul atau mistis ini bukan saja mencakup kepercayaaan (belief), melainkan juga kelakuan (behafior), pengalaman – pengalaman (experiences), ada kalanya juga alat, dan biasanya juga ungkapan serta sajak.

Dalam adat Budaya atau Tradisi Jawa kita masih banyak menemukan berbagai kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat khususnya masyarakat di pedesaan dan perkampungan

Latar belakang mengapa masyarakat Atau rakyat yang sudah modern masih percaya kepada kebiasaan – kebiasaan yang dilakukan oleh nenek moyang terdahulu sampai saat ini diantaranya dikarenakan cara berfikir mereka yang salah, kegemaran secara psikologis umat manusia untuk percaya kepada yang gaib-gaib, teori keadaan dapat hidup terus, perasaan ketidak tentuan akan tujuan-tujuan yang sangat didambakan, ketakutan akan hal-hal yang tidak normal atau penuh resiko dan takut akan kematian, pemodernisasian takhayul, serta pengaruh kepercayaan bahwa tenaga gaib dapat tetap hidup berdampingan dengan ilmu pengetahuan dan agama.

Salah satu dari beberapa tradisi kepercayaan atau Budaya itu adalah pembuatan “Sesaji atau Sesajen”.

Makna Budaya Tradisi : Ritual, Sesajen atau Sesaji
Sesaji atau disebut juga dengan Sesajen yang dibuat dan bertujuan untuk menyedekahkan hasil bumi kepada para kerabat, serta tetangga atas melimpahnya hasil bumi dari Tuhan Yang Maha Esa ketika punya hajat pernikahan atau Sunatan (Khitanan) yang dirayakan, agar diberi keselamatan dan kelancaran.

Oleh sebab itu banyak dari kaum minoritas atau masyarakat ada yang beranggapan negatif dan ada juga yang beranggapan sebuah budaya atau Tradisi sesajen dalam pernikahan dan Sunatan dengan adat Budaya Jawa yang harus dijalankan.

Sesajen atau Sesaji tidak hanya di sediakan ketika pada pesta pernikahan dan Sunatan saja akan tetapi dapat diselenggarakan ketika ada perayaan acara bersih desa dll.

Tidak hanya dari kalangan atas tetapi kalangan bawah juga bisa mengeluarkan sesajen asalkan acara pernikahan dan sunatannya diadakan dengan pesta yang mewah.

Maksud dan tujuan dari seseorang membuat sesaji bancakan, sesajen atau bebono dan sebagainya tidak lain untuk mewujudkan rasa menghormati, menghargai, bentuk rasa syukur kepada Tuhan sekaligus sebagai ekspresi sikap welas asih secara nyata kepada seluruh makhluk penghuni semesta.

Sedangkan Sesajen berasal kata Sajen dalam sastra hajendra / satradi. memiliki makna ilmu filsafat hidup / kaweruh luhur dan sekaligus bertujuan sebagai sarana bakti kita kepada Tuhan, alam dan para leluhur serta sesama dengan tatacara adat dan tradisi.

Sajen memiliki makna lambang kesucian dalam sarana do’a…
*Memayu hayuning sarira – memayu hayuning bawana*
Jika manusia hanya berdo’a lewat mulut saja maka haruslah disadari..
Karena Mulut adalah tempat masuk dan keluarnya kebohongan dan kekotoran duniawi.
Maka dari itu sajen sebagai sarana berdo’a juga lambang kesucian, kesungguhan dan menciptakan keharmonisan alam dan manusia .

Bagi kebanyakan orang-orang adat..
Sesaji atau sesajen juga disebut dengan Cok Bakal yang artinya “cok/pecok/gecok = cikal/ asal” … “bakal = permulaan” Cok Bakal atau Gecok Bakal merupakan simbol permulaan dalam kehidupan yang berawal dari ketiadaan menjadi ada, serta merupakan simbol hubungan antara Tuhan (yang bersifat Makrokosmos) dengan manusia (yang bersifat Mikrokosmos) atau sangkan paraning dumadi. Telur menyimbolkan asal muasal, cikal bakal atau permulaan kehidupan manusia.

Masyarakat Jawa menggunakan sesaji atau sesajen atau juga disebut cok bakal sebagai media awal dalam melaksanakan suatu kegiatan serta sebagai sedekah juga simbolik rasa syukur kepada Tuhan agar kegiatan yang mereka laksanakan lancar tanpa halangan.

Banyak upacara adat/ritual yang menggunakan sesajen hajatan syukuran Pernikahan dan khitanan.

Sesaji atau sesajen biasanya terdiri dari telur, bunga setaman, buah buahan, jajan pasar, bumbu dapur, jamu/ tanaman obat (jahe, kencur, temulawak, kunyit, temu giring dsb), daun sirih yang diletakkan dalam satu wadah dari daun pisang bernama “takir”.

Sesajen bisa berupa makanan, minuman, barang-barang yang disajikan, disediakan/dibuat untuk kebutuhan ritual, upacara adat.

Dan tidak ketinggalan Sesajen Bancakan atau disebut juga tumpengan yg dibuat pada pendirian terop utk hajatan dengan tujuan untuk sedekah terutama kepada sesama manusia.

Sesajen Bancakan biasanya berupa nasi tumpeng, lauk pauk, sayur sayuran, jajan pasar, dan buah-buahan yang dibuat untuk dibagi-bagikan kemudian dimakan bersama dengan masyarakat dilingkungan yang punya hajat.

Membuat sesajen bancakan tdk boleh sembarangan melainkan harus dibuat senikmat mungkin agar orang-orang yang kita sedekahi senang dan bahagia.

Nah tradisi ritual dan Adat Budaya tersebut masih dilestarikan di kampung atau desa diJawa Timur.

Semoga Tradisi dan Budaya Kearifan lokal ini bisa di jaga Kelestariannya.

Rahayu
Salam budaya

By BN SETALOKA

BUDAYA NUSANTARA SENI TRADISI LOKAL HIPREJS JAWA TIMUR Sebagai satu wadah / organisasi yang turut mengembangkan kesadaran, pemahaman dan pengetahuan terhadap prinsip – prinsip sosial budaya secara universal, melalui pemberdayaan sarana dan tekhnologi audio visual dan multi media untuk mewujudkan suatu masyarakat yang berkebajikan, beradab, humanis dan setara untuk seluas – luasnya, EQUEL VIRTUE SOCIETY. Serta memuat 10 obyek pemajuan kebudayaan yang termaktub dalam UU No. 5 Tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *